Suarayasmina.com – Mahir Hasan Mahmud dalam buku berjudul Mukjizat Kedokteran Nabi: Berobat dengan Rempah dan Buah-buahan (cet. 2, 2007) mengutip laporan Komite Khusus Pelayanan dan Pencegahan Penyakit di Amerika yang melaporkan bahwa penyakit-penyakit menonjol adalah akibat sifat berlebih-lebihan dan tidak adanya keseimbangan dalam makanan serta merebaknya restoran-restoran cepat saji (fast food) yang menyebabkan kematian di Amerika.

Selanjutnya, masih menurut laporan itu, penyumbatan pembuluh darah hati disebabkan oleh faktor-faktor di atas. Makanan sangat berperan penting bagi penderita berbagai macam penyakit kanker, seperti kanker kelenjar prostat, kanker usus besar, dan kanker payudara.

Keterangan terbaru dari Departemen Nasional untuk Tekanan Darah Tinggi di Amerika menyebutkan bahwa penyakit-penyakit kanker tersebut sangat erat kaitannya dengan makanan. Secara ilmiah ditegaskan bahwa corak makanan memainkan peran penting terjadinya penyakit gula, keropos tulang, dan penyakit gigi.

Makanan dan Kualitas Kesehatan

Kasus di Amerika yang dilaporkan tersebut, kiranya sama yang terjadi di Indonesia dan berbagai negara lainnya. Pola makan yang tidak sehat dan merebaknya restoran yang menyediakan fast food dan junk food telah menjadikan penyebab berkembangnya berbagai macam penyakit mematikan, seperti diabetes, jantung koroner, stroke, gagal ginjal, dan lain sebagainya.

Sebuah pepatah menyatakan, we are what we eat, kita adalah apa yang kita makan. Artinya, makanan yang kita konsumsi menentukan kualitas kesehatan kita. Jangan pernah bermimpi punya tubuh yang sehat kalau makanan yang kita konsumsi adalah makanan-makanan sampah yang miskin nutrisi, seperti makanan kemasan dan ultra proccesed food.

Dr. Husein A. Bajry dalam buku Tubuh Anda adalah Dokter yang Terbaik (2008) menyatakan, berdasarkan data, sebanyak 80-90 % dari berbagai bentuk penyebab kanker selalu berkaitan erat dengan makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Untuk itu, pandai-pandailah kita memilih makanan sehat yang bersifat antikarsinogenik.

Tidak hanya kanker, makanan yang kualitasnya buruk juga menyebabkan seseorang rentan terjangkit penyakit ganas lainnya seperti diabetes dan jantung koroner.

Urgensi Makanan Halal dan Baik

Karena makanan memiliki pengaruh terhadap kualitas kesehatan kita, Allah Swt memerintahkan kita untuk memperhatikan apa yang kita makan. Allah Swt berfirman, “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.” (QS. Abasa:24).

Tak hanya itu, Allah Swt memeintahkan kita untuk makan makanan yang halal lagi thayyib (baik). Allah Swt berfirman, “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS Al-Maidah: 88).

Prof. M. Quraish Shihab dalam buku ‘Membumikan’ Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat (Cet. 20, 1999) menyatakan, ayat itu menunjukkan bahwa yang diperintahkan untuk dimakan adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut, yakni halal dan baik. Sebab, bisa saja sesuatu bersifat halal tetapi tidak baik. Atau sebaliknya.

Pada realitasnya, di pasaran banyak beredar makanan dan minuman yang status hukumnya halal dan tersertifikasi halal, tapi dimaklumi tidak atau kurang baik. Dalam arti, bila dikonsumsi dalam jangka panjang, bisa berdampak pada menurunnya kesehatan dan rentan timbulnya penyakit, seperti pelbagai minuman kemasan yang mengandung gula tinggi dan makanan ultra proccesed food.

Bahaya Mengonsumsi Makanan Haram

Lebih jauh dari itu, bila mengonsumsi makanan halal tapi tidak berkualitas saja bisa berdampak membahayakan kesehatan, apalagi bila mengonsumsi makanan yang haram, maka secara religius akan memiliki dampak dan bahaya yang jauh lebih serius.

Bahaya yang lebih dari sekadar berdampak pada kesehatan, tapi lebih jauh berbahaya bagi kualitas keimanan, ibadah, dan keselamatan kita di akhirat. Ada setidaknya lima bahaya mengonsumsi makanan haram menurut syariat Islam:

Pertama; Amalan Tidak Diterima

Ketika Saad bin Abi Waqash meminta nasehat kepada Rasulullah Saw agar doa-doanya dikabulkan, Rasulullah Saw bersabda:

يا سعدُ، أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُستَجابَ الدَّعوةِ، والَّذي نفْسُ مُحمَّدٍ بيدِهِ, إنَّ العبدَ لَيَقذِفُ اللُّقمةَ الحرامَ في جَوفِهِ ما يُتقبَّلُ منه عملٌ أربعينَ يومًا, وأيُّما عبدٍ نَبَتَ لحمُهُ مِن سُحْتٍ, فالنَّارُ أَوْلى به

“Wahai Saad, perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal), niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya. Dan, demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke perutnya, maka tidak akan diterima amalnya selama 40 hari. Dan, seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak untuknya.” (HR Thabrani).

Kedua; Terhalang Terkabulnya Doa

Hadis di atas juga mengonfirmasi bahwa ada kaitan antara makanan halal dan mustajabnya doa. Bila seorang Muslim ingin doanya selalu dikabulkan, maka kuncinya adalah hanya makan makanan yang halal, seperti nasehat Rasulullah Saw kepada Saad bin Abi Waqash.

Sebaliknya, mengonsumsi makanan haram bisa menjadi penghalang terkabulnya doa.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw menyebutkan seseorang yang lama bepergian, rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul.” (HR. Muslim).

Ketiga; Merusak Keimanan

Mengonsumsi makanan haram bisa mereduksi dan mendestruksi (merusak) keimanan seorang Muslim. Sebagaimana sabda Nabi Saw:

لاَ يَزْنِي الزَّانِي حِيْنَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلاَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِيْنَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Tidaklah berzina seorang pezina ketika ia berzina dalam keadaan beriman, tidak pula meminum khamr ketika meminumnya dalam keadaan beriman.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keempat; Ancaman Dimasukkan Neraka

Salah seorang sahabat bernama Ka’ab pernah diberi nasehat oleh Nabi Saw:

يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya daging yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan dibakar dalam api neraka.” (HR. Tirmidzi).

Kelima; Membuat Hati Keras

Hati yang keras adalah hati yang sulit menerima kebenaran sehingga sulit berbuat kebaikan, termasuk menjadi malas beribadah. Imam Ahmad Rahimahullah pernah ditanya, apa yang harus dilakukan agar hati mudah menerima kebenaran, maka beliau menjawab, “Dengan mengonsumsi makanan yang halal.” (Thabaqat al Hanabilah).

Demikian pembahasan tentang dampak makanan terhadap kesehatan, urgensi mengonsumsi makanan halal dan baik, serta bahaya mengonsumsi makanan haram bagi kehidupan seorang Muslim. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan kepada kita rezeki yang halal.

 

Facebook Comments Box

Penulis: Badiatul Muchlisin AstiEditor: M. A. Fathan

Advertisement

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.